Pemanasan yang memanas antara pengusaha ojek online (ojol) dan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat terkait penerapan kebijakan parkir berlangganan. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatur permintaan dan ketersediaan parkir, menuai protes dari para pelaku usaha ojol yang menilai kebijakan tersebut anggotaatkan.

Menurut para pengusaha ojol, biaya parkir berlangganan yang ditetapkan Dishub dinilai terlalu mahal dan tidak rasional. Mereka menyatakan bahwa tarif parkir harian yang berlaku saat ini sudah cukup memberatkan, dan penambahan biaya berlangganan menjadi beban tambahan yang sulit ditanggung.

“Kami merasa kebijakan ini tidak adil. Kami sudah membayar tarif parkir harian, lalu harus membayar berlangganan lagi? Biaya parkir berlangganan ini terlalu mahal, apalagi untuk kami yang bekerja serabutan dan penghasilannya tidak menentu. Bagaimana kami bisa bersaing jika harus menanggung biaya tambahan yang besar ?” ungkap salah seorang pengusaha ojol, Pak Budi.

Tidak Terima Parkir Berlangganan Ojol Cekcok Dengan Dishub

Selain itu, para pengusaha ojol juga mengeluhkan kurangnya transparansi dalam penerapan kebijakan tersebut. Mereka merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan kurangnya sosialisasi yang memadai.

“Kami hanya diberitahu secara mendadak tentang kebijakan ini. Padahal, kami punya banyak masukan dan saran untuk menjadikan kebijakan ini lebih adil dan berkelanjutan. Dishub seharusnya melibatkan kami dalam proses perencanaan dan sosialisasinya,” tegas Pak Budi.

Di sisi lain, Dishub berpegang teguh pada kebijakan parkir berlangganan tersebut. Dishub menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang dihadapi terkait parkir di wilayah tersebut.

“Kebijakan parkir berlangganan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efisiensi parkir di area perkotaan. Selain itu, pendapatan dari parkir berlangganan akan digunakan untuk perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur parkir,” ujar Kepala Dishub, Pak Anton.

Pak Anton juga menjelaskan bahwa tarif parkir berlangganan telah ditentukan melalui kajian dan pertimbangan yang matang. Ia mengklaim bahwa tarif tersebut kompetitif dan tidak memberatkan dibandingkan tarif parkir berlangganan di kota-kota lain.

“Kami telah melakukan kajian dan perbandingan dengan tarif parkir berlangganan di kota lain. Tarif yang ditetapkan merupakan yang terbaik dan paling adil untuk semua pihak,” ungkap Pak Anton.

Dishub juga menyatakan kesiapannya untuk melakukan dialog dan mendiskusikan permasalahan terkait parkir berlangganan dengan para pengusaha ojol.

“Kami terbuka untuk berdialog dan mendengarkan aspirasi para pengusaha ojol. Kami berharap dapat menemukan solusi yang terbaik untuk semua pihak,” tutupnya.Ke depannya, diharapkan kedua belah pihak dapat duduk bersama dan mencari solusi yang adil dan saling menguntungkan. Sebuah forum dialog yang transparan dan inklusif perlu diadakan untuk memastikan bahwa kebijakan parkir berlangganan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan keresahan di kalangan para pengusaha ojol dan masyarakat.